Jumat, 22 Oktober 2010

Tips Mengurangi Global Warming

Sebenarnya kita tidak memerlukan perubahan yang radikal untuk membantu Bumi ini menjadi lebih bersahabat. Ubahlah beberapa rutinitas yang dapat menurunkan "jejak karbon" Anda. Yang pada akhirnya akan menghemat uang Anda juga. Tetapi yang terpenting adalah kita memberikan anak cucu kita tempat yang lebih baik untuk ditinggali.
Berikut ini adalah tips-tips yang sederhana tetapi sangat bermanfaat jika kita melakukannya secara rutin. Tips-tips untuk mengurangi global warming ini sudah dibagi menjadi beberapa kategori yang dapat memudahkan anda mengingat dalam melaksanakannya.

Bidang Makanan dan Minuman


  1. Kurangi konsumsi daging, bervegetarian adalah yang terbaik! Berdasarkan penelitian, untuk menghasilkan 1 kg daging, sumber daya yang dihabiskan setara dengan 15 kg gandum. Bayangkan bagaimana kita bisa menyelamatkan bumi dari kekurangan pangan jika kita bervegetarian. Peternakan juga penyumbang 18% "jejak karbon" dunia, yang mana lebih besar dari sektor transportasi (mobil, motor, pesawat, dll). Belum ditambah lagi dengan bahaya gas-gas rumah kaca tambahan yang dihasilkan oleh aktiitas peternakan lainnya seperti metana yang notabene 3 kali lebih berbahaya dari CO2 dan gas NO yang 300 kali lebih berbahaya dari CO2. Dan yang pasti banyak manfaat kesehatan dan spiritual dari bervegetarian. Anda akan menjadi lebih sehat dan pengasih.
  2. Makan dan masaklah dari bahan yang masih segar. Menghindari makanan yang sudah diolah atau dikemas akan menurunkan energi yang terbuang akibat proses dan transportasi yang berulang-ulang. Makanan segar juga lebih sehat bagi tubuh kita.
  3. Beli produk lokal, hasil pertanian lokal sangat murah dan juga sangat menghemat energi, terutama jika kita menghitung energi dan biaya transportasinya. Makanan organik lebih ramah lingkungan, tetapi periksa juga asalnya. Jika diimpor dari daerah lain, kemungkinan emisi karbon yang dihasilkan akan lebih besar daripada manfaatnya.
  4. Daur ulang aluminium, plastik, dan kertas. Akan lebih baik lagi jika Anda bisa menggunakannya berulang-ulang. Energi untuk membuat satu kaleng alumunium setara dengan energi untuk menyalakan TV selama 3 jam.
  5. Beli dalam kemasan besar. Akan jauh lebih murah, juga menghemat sumber daya untuk kemasan. Jika terlalu banyak, ajaklah teman atau saudara Anda untuk berbagi saat membelinya.
  6. Matikan oven Anda beberapa menit sebelum waktunya. Jika tetap dibiarkan tertutup, maka panas tersebut tidak akan hilang.
  7. Hindari fast food. Fast food merupakan penghasil sampah terbesar di dunia. Selain itu konsumsi fast food juga buruk untuk kesehatan Anda.
  8. Bawa tas yang bisa dipakai ulang. Bawalah sendiri tas belanja Anda, dengan demikian Anda mengurangi jumlah tas plastik/kresek yang diperlukan. Belakangan ini beberapa pusat perbelanjaan besar di Indonesia sudah mulai mengedukasi pelanggannya untuk menggunakan sistem seperti ini. Jadi sambutlah itikad baik mereka untuk menyelamatkan lingkungan.
  9. Gunakan gelas yang bisa dicuci. Jika Anda terbiasa dengan cara modern yang selalu menyajikan minum bagi tamu dengan air atau kopi dalam kemasan. Beralihlah ke cara lama kita. Dengan menggunakan gelas kaca, keramik, atau plastik food grade yang bisa kita cuci dan dipakai ulang.
  10. Berbelanjalah di lingkungan sekitar Anda. Akan sangat menghemat biaya transportasi dan BBM Anda.
  11. Tanam pohon setiap ada kesempatan. Baik di lingkungan ataupun dengan berpartisipasi dalam program penanaman pohon. Bisa dengan menyumbang bibit, dana, dan lain-lain. Tergantung kesempatan dan kemampuan Anda masing-masing.

Pendapat / Komentar :

Pemanasan global dapat bisa di cegah supaya tidak berdampak lebih pada kehidupan manusia, yaitu dengan melakukan hal hal di atas.
Semakin modern teknologi semakin berkembang sehingga peralatan elektronik yang dapat menimbulkan pemanasan global pun semakin banyak. Tapi seiring berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia, manusia dapat membuat peralatan yang dapat mengurangi pemanasan global.
Jika kita ingin menyelamatkan bumi kita, harus ada niat dan kemauan yang besar karena masa depan kita ada di tangan kita, manusia penghuni bumi. Hal itu bisa dengan cara menanam pohon, membuat teknologi pencegah pemanasan global, dan lain-lain.

Kamis, 14 Oktober 2010

Betawi Sepanjang Jalan Kenangan


Judul : Batavia 1740, Menyisir Jejak Betawi
Penulis : Windoro Adi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : I, Agustus 2010
Halaman : 479 Halaman


Berbicara menangani etnis Betawi, tidak lagi sekadar berbicara mengenai pengaruh Arab maupun Cina. Kini persoalannya adalah bagaimana identitas etnis ini dapat bertahan seiring percepatan perubahan Jakarta yang enggan berhenti.
Jumlah pendatang yang tidak pernah surut, budaya asing yang terus menggempur, telah membuat identitas Betawi kian tidak terlihat. Padahal, semestinya, identitas budaya ini tetap kental meskipun Jakarta telah menjadi sebuah metropolitan.
Kira-kira, itulah yang ingin disampaikan Windoro Adi lewat buku ini. Ia seperti ingin memperlihatkan bahwa identitas Betawi perlahan-lahan memang tergeser dan terpinggirkan. Di sana-sini memang mencoba untuk bertahan, tetapi tetap saja menjadi bagian minor.
Sebut saja musik gambang kromong. Musik yang lahir dari kantong-kantong budaya Cina yang tersebar di sejumlah tempat di Jakarta ini, kini semakin tidak dihiraukan oleh generasi muda. Pertumbuhan kelompok musik gambang kromong dapat dipastikan jauh di bawah pertumbuhan kelompok musik pop.
Akhirnya seperti yang terlihat, pemain musik gambang kromong didominasi para pemain tua. Mereka tetap setia bermain gambang kromong bukan karena musik itu menghasilkan pendapatan yang lumayan, tetapi karena kecintaan mereka dalam memainkan musik tersebut.
Hal yang sama terjadi juga dengan lenong. Drama yang sarat komedi ini perlahan semakin jarang dilihat, baik di gedung kesenian maupun di televisi. Entah kenapa. Apakah karena kesenian ini dianggap kelas dua, sehingga kurang bernilai jual ketimbang kesenian lain seperti ketoprak misalnya.
Apakah mungkin hal tersebut disebabkan kesenian-kesenian ini belum dapat sepenuhnya tampil lebih berani, dalam arti keluar dari pakem agar lebih dapat diterima oleh masyarakat luas. Mungkin jawabannya "ya".
Jika demikian, mengapa kesenian Betawi kurang dapat beradaptasi? Padahal, sepanjang sejarah, seperti dikisahkan dalam buku ini, masyarakat Betawi sendiri sebenarnya terbentuk dari akulturasi sejumlah etnis, artinya ada sifat keterbukaan dan toleransi tersimpan di sana. Jika begitu, sebenarnya kesenian Betawi lebih dapat beradaptasi.
Kekurangpedulian otoritas terkait terhadap masalah ini menjadi salah satu faktor penyebabnya. Pembiaran terhadap masalah yang terjadi terus memperparah masalahnya. Perkembangan kota Jakarta yang tidak dapat dihentikan dan cenderung tidak terkendali, membuat identitas Betawi kian pudar.
Ketidakpedulian otoritas terkait juga terlihat dalam bagaimana cara mereka memperlakukan peninggalan peninggalan sejarah. Banyak bangunan bersejarah di Jakarta yang memang tidak mendapatkan perhatian. Banyak gedung dinyatakan sebagai heritage kota, namun gedung-gedung tersebut dibiarkan begitu saja. Bahkan nasibnya seakan tidak dihiraukan, ketika bangunan tersebut diambil alih oleh pihak swasta. Parahnya banyak gedung yang dirobohkan kendati bangunan tersebut bernilai sejarah.
Selain itu, penulis buku ini juga ingin mengajak pembaca bernostalgia. Banyak cerita mengenai suatu tempat yang disampaikan dalam buku ini yang memang hanya tinggal cerita. Misalnya saja kawasan Rawa Belong. Dikisahkan dalam buku ini bahwa Rawa Belong pada suatu masa menjadi tempat yang terkenal seantero Jakarta.
Kondanganya tempat ini tentu saja tidak telepas dari keberadaan para jagoan silat yang berada di wlayah Rawa Belong. Tidak mengherankan jika kemudian Rawa Belong jadi pusat latihan silat di masa itu. Murid-muridnya pun datang dari berbagai daerah di Jakarta. Bahkan kemudian sejumlah guru silat legendaris lahir di sini.
Tetapi dimana jejak masa emas Rawa Belong saat ini? Hampir tanpa bekas. Kini kawasan Rawa Belong lebih terkenal dengan kawasan kuliner Betawi. Beberapa kedai nasi udik Betawi mangkal di sekitar kawasan ini. Sisanya adalah pertokoan biasa dan perkampungan mahasiswa.
Untung saja, tradisi seperti "buka palang pintu", yakni adu silat dalam penyambutan pengantin laki-laki, masih dapat ditemui di wilayah itu. Dengan begitu jejak Rawa Belong sebagai "gudang" jago cingkrik (silat Betawi) masih dapat dilihat.
Selain itu, buku ini juga menyinggung beberapa jenis makanan khas Betawi. Makanan yang tebilang klasik diulas dalam buku ini, mulai dari kembang goyang, tape uli, gemblong sampai cucur. Makanan ini memang kalah pamor dengan kue-kue yang dijual di pusat-pusat belanja. Tetapi kue-kue tradisional nan klasik tentu masih mendapat tersendiri di hati masyarakat.
Makanan khas Betawi yang diulas secara khusus dalam buku ini adalah nasi kebuli. Meskipun nasi kebuli mendapatkan sentuhan dari Yaman Selatan namun orang Betawi sudah memiliki racikan spesial yang telah pas di lidah orang Betawi. Di buku ini ditulis dimana saja pembaca dapat mencicipi nasi kebuli tersebut.
Kelebihan buku ini adalah kemampuan penulisnya untuk melakukan penelusuran dan pengamatan di lapangan. Apalagi sejumlah wawancara dilakukan dengan narasumber yang tepat. Inilah yang membuat buku ini semakin hidup, terutama bagi mereka yang berada di Jakarta. Dengan membaca buku ini, pembaca akan mengetahui lebih banyak kisah maupun sejarah di balik gemerlap dan kelamnya Jakarta.
Batavia 1740 bukan sekadar ikhwal Betawi, tetapi juga sebuah cara untuk melihat bagaimana sebuah kultur terbangun dan berproses. Apakah kemudian proses tersebut akan terhenti atau justru punah karena kemajuan jaman.***

sumber :
google search

Pendapat / Komentar :
Menurut saya, buku ini sangat lah bagus yaitu mengangkat kebudayaan betawi yang perlu di lestarikan karena saat ini sedikit demi sedikit tergeser oleh perkembangan zaman. Kebudayaan betawi sangatlah perlu dilestarikan , memulai dengan belajar menggunakan alat musik khas betawi , dan lain lain yang merupakan budaya betawi , hal tersebut merupakan wujud kecintaaan kepada Kebudayaan Betawi. tidak lupa kita harus menjaga dan merawatnya agar tidak tergeser oleh perkembangan zaman. Sudah semestinya kita bangga akan kebudayaan kita sendiri, terlihat dari dialog yang memang sudah sering di pakai dalam pergaulan yang ada di Jakarta.
Dari buku ini , mudah mudahan putra-puri betawi lebih mengenal akan kebudayaan betawi dan melestarikannya.

Penggunaan Bahasa Indonesia di Kalangan Remaja

Sering muncul keluhan di kalangan ahli bahasa, terutama pendidik, berkenaan dengan penggunaan bahasa di kalangan remaja. Para remaja berkecenderungan untuk "mencetak" bahasanya sendiri sebagai lambang suatu kelompok untuk mengisyaratkan kapribadian kelompok tersebut. Contoh percakapan di bawah ini, sedikit banya menggambarkan bagairaana penggunaan bahasa di kalangan remaja.
+ Ya nggak? Ya enggak? Ya enggak? Ronni menyapa.
- Asyiik! Sahut Linda dan Donni.
+ Lu semakin aja sekarang, Lin.
- Wah! geer deh gue!
+ Terus deh! (Massardi , 1981).
Percakapan di atas sulit dikenali rnaknanya, karena rnemang sama sekali bukan proses penyampaian pesan. Semua kata dapat dipahami namun susunannya sedemikian rupa hingga seolah tak bermakna. Dialog di atas tidak berisi apa-apa selain pengungkapan keakraban. la berlaku sebagai semacam passwords yang menandai hubungan intim antar teman. Contoh percakapan semacam itu, mudah ditemui baik dalam percakapan antar remaja, maupun dalam novel-novel pop yang memang ditujukan bagi para remaja.
Muncul anggapan kuat di beberapa kalangan bahwa bahasa remaja merupakan bahasa yang menentang kaidah-kaidah bahasa baku. Dalam beberapa hal, anggapan tersebut ada benarnya. Namun, bahasa remaja tereebut sebenarnya hadir pertama-tama bukan untuk "melawan" bahasa baku, melainkan lebih merupakan bahasa yang digunakan untuk "melawan" kemapanan dan kecenderungan-kecenderungan dominan dalam masyarakat, khususnya yang mereka sebut sebagai kaum tua.
Kecenderungan yang tinggi terhadap penggunaan akronim, mendapat "perlawanan" dengan penggunaan akronim-akronim yang sama dan atau memunculkan akronim baru dengan arti yang berlawanan dengan arti asalnya serta berbau cemooh dan kelakar seperti: Puskesmas yang berarti "pusing keseleo masuk angin"; bupati yang berarti "buka paha tinggi-tinggi"; sekwilda yang berarti "sekitar wilayah dada"; gersang yang berarti "segar dan merangsang" dan sebagainya.
Kecenderungan yang tinggi di kalangan pemuka masyarakat untuk mengambil bahasa asing untuk mempercanggih penampilannya segera mendapat "perlawanan" berupa kemunculan kata-kata yang nampak seperti asing sekedar untuk berolok-olok, seperti: pra one two land (perawan tulen), read one (ridwan), chantique (cantik) dan seterusnya (Oemarjati, 1978).
Pada umumnya, bahasa remaja mendasarkan dirinya pada pungutan bahasa dari sumber yang tidak terbatas. Selain itu, dalam pemungutan bahasa, para remaja tidak pandang bulu, baik dari bahasa daerah (jawa, sunda, batak dan sebagainya) maupun bahasa asing (Inggris, Arab, China dan sebagainya), serta bahasa khusus sebagairnana digunakan dalam lingkungan tertentu (penggemar CB, misalnya). Kalimat "Bokin gout kilo bravo now" (Bimo, 1981), misalnya, terdiri dari kata-kata yang diambil dari berbagai sumber. Bokin gout diambil dari bahasa prokem yang berarti bini gue. Sedangkan kilo bravo yang berarti KB diambil dari bahasa CB (citizen Band). Kata now, sudah barang tentu diambil dari bahasa Inggris. Kalimat di atas, dengan demikian berarti "Bini gue KB sekarang".
Bahasa prokem, sejauh ini sering diidentikkan dengan bahasa remaja, dan sebaliknya bahasa remaja sering diidentikan dengan bahasa Prokem. Tidak setiap bahasa remaja termasuk bahasa Prokem. Bahasa Prokem memiliki perbedaan-perbedaan cukup mendasar dengan bahasa remaja pada umumnya. Pembicaraan tentang bahasa Prokem bagi kepentingan morfologi, misalnya, dapat dilakukan karena berbeda dengan bahasa remaja bahasa Prokem memiliki kaidah morfologis. Selain itu, tidak seperti bahasa remaja yang mengambil sumbernya dari berbagai bahasa, bahasa Prokem relatif mengacukan dirinya pada bahasa Indonesia.

Kaidah Morfologis Bahasa Prokem
Kaidah morfologi bahasa Prokem pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Kata-kata biasa yang diberi arti baru
Kata-kata semacam ini diambil dari bahasa Indonesia biasa yang diberikan arti baru. Dalam banyak hal, kata-kata semacam ini hampir sama dengan penggunaan metafora dan gaya bahasa umumnya dalam bahasa Indonesia. Termasuk dalam contoh semacam ini adalah
meledak : berhasil mencuri barang berharga dan besar
tembak : memeras
cabut : pergi, berangkat dan atau pulang
dan sebagainya.
Contoh-contoh di atas sebenarnya tidak begitu produktif dalam bahasa Prokem. Antara arti kata dasar tersebut dalam bahasa Indonesia dengan arti baru dalam bahasa Prokem, pada umumnya masih jelas dan dapat dipahami. Penggunaan suatu kata "bahasa Indonesia dalam bahasa Prokem dengan arti lain, seringkali berubah meskipun pada dasarnya masih memiliki kaitan yang sama dengan sebelumnya. Kata amplop bagi ganja, terkadang berubah menjadi barang. karena selain seringkali perjualbelikan dalam amplop, ganja pun dianggap sebagai barang yang diperdagangkan
Tidak jarang, ganja pun disebut dengan gelek (memilih di telapak tangan), atau rumput, karena berjenis rumputan, sebagai padanan pada kata grass yang digunakan pemuda dalam bahasa Inggris (Chambert-Loir, 1983:120).
2) Kata-kata Jadian
Proses morfologis dengan menggunakan kata jadian dalam bahasa Prokem merupakan cara yang sangat produktif. Terdapat dua cara dalam mengubah kata dari bahasa Indonesia biasa menjadi kata Prokem, yakni dengan membalikkan urutan hurup dalam kata dasar dan penggunaan sisipan ok.
Cara pembalikan huruf dalam kata dasar sebenarnya sering digunakan dalam kode yang biasa digunakan anak-anak yang dikenal dengan nama bahasa balik. Dalam bahasa Prokem, yang ditukar biasanya adalah dua huruf konsonan dalam suatu kata dasar yang bersuku dua, misalnya:
payah menjadi yapah
burung menjadi rubung
macan menjadi caman
Kadang-kadang, huruf vokal pun ditukar, seperti kata-kata berikut; perkaos yang berasal dari perkosa; nyemot yang berasal dari monyet; yai yang berasal dari iya.
Sekalipun demikian, sebagai bahasa liar yang seakan-akan memberontak terhadap bahasa umum, bahasa Prokem sudah barang tentu tidak terlalu patuh terhadap aturan-aturannya sendiri. Kita selalu dapat mencari dan menemukan kekecualian yang merupakan pelanggaran dari peraturan dan kaidah-kaidah tersebut. Namun, kekecualian tersebut kadang-kadang mernperlihatkan kecenderungan linguistik yang tetap dan sudah dikenali. Huruf sengau di depan konsonan k, j, c, d, b, misalnya, cenderung diabaikan dalam proses penukaran huruf, sehingga:
bungkus menjadi kubus
anjing menjadi jaing
panjang menjadi japang
hancur menjadi caur
ambon menjadi baon
Selain itu, terdapat kecenderungan untuk mengabaikan huruf m, seperti dalam kata suim (musim), boil (mobil) dan sejenisnya.
Dari beberapa contoh di atas, terdapat kecenderungan lain, yakni terdapatnya dua huruf vokal sekaligus yang berdampingan dalam kata-kata bahasa Prokem. Kedua huruf vokal yang berdampingan tersebut tidak dipertalikan dengan konsonan w atau y, melainkan diucapkan sendiri-sendiri seolah-olah terdapat satu hamzah di antaranya, sehingga suim misalnya, harus dibaca su'im (musim) dan tidak dimengerti seandainya diucapkan suwim,
Cara kedua untuk menghasilkan kata Prokem adalah dengan menggunakan sisipan ok. Sebenarnya, cara pembentukan dengan sisipan ok lah yang benar-benar membedakan bahasa Prokem dengan varian bahasa remaja lainnya. Setiap kata jadian yang terbentuk dengan sisipan ok dapat dipastikah sebagai bahasa Prokem, sehingga tidak mengherankan jika penggunaan sisipan ok sangat produktif dalam bahasa Prokem. Kata jadian tersebut dibentuk berdasarkan dua patokan, yakni:
a) Bagian akhir kata dasar dibuang.
b) Suku kata kedua dari akhir ditambah sisipan ok. Dengan proses seperti itu, maka :
rumah menjadi rokum
bisa menjadi bokis
bapak rnenjadi bokap
sepatu menjadi sepokat
lemari menjadi lemokar
Dalam proses pernbentukan kata dengan sisipan ok, terjadi pula berbagai kekecualian. Dalam beberapa hal, kekecualian tersebut pun memiliki kecenderungan tertentu yang tidak jarang menunjukkan kesalahan berbahasa sebagaimana terjadi dalam bahasa Indonesia. Kata nyak (ibu, Betawi) serta mama misalnya, menjadi nyokap dan mokap. bukannya nyokap dan mokap, Hal ini boleh jadi karena terjadi asosiasi dengan bokap (bapak), agar memiliki kesamaan bunyi antara ayah dan ibu sebagai pasangan.
Dalam beberapa kata di mana huruf u atau i berdampingan dengan a, maka bukan bagian akhir kata yang dibuang melainkan huruf a, sehingga kata:
jual menjadi jokul;
liat menjadi lokit; dan
keluar menjadi keIokur.
Selain itu, huruf h dan bunyi h di tengah kata cenderung diabaikan, sehingga kata tahu menjadi tokau dan tahi menjadi tokai.
Selain itu, terdapat pula beberapa kata yang terbentuk dengan dua pola perubahan morfologi sekaligus, yakni dengan sisipan ok dan awalan kos. Awalan kos sebenarnya tidak begitu produktif dalam bahasa Prokem. Di antara yang tidak produktif tersebut sering sekaligus mengalami pengimbuhan -ok-. Penggunaan awalan kos, dilakukan dengan menambahkan kos pada kata dasar yang suku akhir katanya dihilangkan, seperti pulang menjadi kospul untuk kemudian secara bersamaan mendapat sisipan ok sehingga menjadi poskul.
3) Kata-kata Baru yang Tak Diketahui Akarnya
Kata-kata baru dalam bahasa Prokem yang termasuk kelompok ini sulit diketahui apakah ia merupakan kata-kata baru atau kata jadian, karena dasarnya tidak dikenali lagi. Kata ogut misalnya, segera mengingatkan kita pada kata gue (saya). Namun, tak ada contoh lain satupun yang dapat rnenjelaskan perubahan kata gue menjadi ogut. Hal yang sarna terjadi pula pada kata doi (kekasih, si dia), yang mudah dikenali sebagai berasal dari kata dia. Namun, sebagaimana ogut. proses perubahan dari dia menjadi doi pun tidak dapat ditelusuri prosesnya karena tidak ada contoh sejenis.
Kata-kata yang sullt dikenali prosesnya dari akar kata bahasa Indonesia sebelum menjadi bahasa Prokem dalam beberapa hal bahkan sulit dicari akarnya dalam bahasa Indonesia, seperti beceng (pistol), bohay (wanita cantik), boin (bego. dungu), gentur (tidur), tit (mati) dan sebagainya.
Proses semacam ini, tidak begitu produktif dalarn bahasa Prokem. Nampaknya, ia dihasilkan begitu saja, untuk kemudian, jika kebetulan, diterima dan digunakan berdasarkan kesepakatan diam-diam.

Kesimpulan dan Penutup
Pada dasarnya, apa yang disebut sebagai bahasa Prokem bukanlah merupakan bahasa dalam arti sebenarnya. la lebih berupa perbendaharaan kata belaka, sehingga bahasa Prokem hanya memiliki kaidah morfologis dan tidak memiliki kaidah sintaksis. Bahkan, kaidah-kaidah morfologi, lewat penggunaan sisipan ok misalnya semata-mata bersifat morfologis dan tidak memiliki fungsi sintaksis. Kata-kata yang telah mengalami proses morfologis tersebut, digunakan dalam kalimat yang berdasarkan sintaksis bahasa Indonesia pada umumnya. Jika kata-kata Prokem tersebut mendapat imbuhan, maka imbuhan tersebut berupa imbuhan bahasa Indonesia seperti bersepokat bagi bersepatu, tergentur bagi tertidur dan sebagainya.
Dalam beberapa hal, jika seseorang atau sekelompok orang tengah berbahasa Prokem, berarti mereka tengah menggunakan bahasa Indonesia dengan menyelipkan kata-kata Prokem dalam jumlah yang banyak hingga sulit dikenali orang lain.
Berbagai tanggapan terhadap bahasa Prokem selama ini mengesankan bahwa bahasa Prokem dianggap sebagai unsur perusak bahasa Indonesia. Di sisi lain, ada pula yang beranggapan bahwa bahasa Prokem justru menunjukkan kreativitas berbahasa di kalangan anak muda. Anggapan semacam ini, misalnya dilontarkan oleh Teguh Esha (1981) dan Boen S. Oemarjati (1980). Oemarjati bahkan beranggapan bahwa sebagai salah satu sumber pemerkaya bahasa Indonesia (dalam arti menambah perbendaharaan kata), bahasa remaja dan bahasa Prokem jelas lebih kreatif, lebih lincah dan enak didengar dibanding peminjaman mentah-mentah istilah asing.
Ada satu hal yang perlu ditekankan dan diperhatikan dalam kasus bahasa Prokem tersebut, yakni kedekatannya dengan bahasa Indonesia. Dalam banyak hal, penggunaan bahasa Prokem menunjukkan kefasihan berbahasa Indonesia serta keakraban berbahasa Indonesia. Seseorang yang tidak akrab dan mengenal baik bahasa Indonesia akan mengalami kesulitan serius untuk menggunakan bahasa Prokem. Bahasa Prokem sebagai bahasa yang digunakan terutama oleh kala remaja, bagaimanapun hanya merupakan mode sesaat yang akan segera berlalu. Ketika kegemaran berbahasa Prokem berlalu, ada yang tertinggal yakni keakraban berbahasa Indonesia, karena bahasa Prokem merupakan merupakan varian geloroh dari bahasa Indonesia yang didirikan di atas bahasa Indonesia. Hal ini berbeda dengan banyak bahasa remaja yang merupakan bahasa campur-baur dari berbagai bahasa dan dialek tanpa kaidah apapun, serta berbeda pula dengan penggunaan bahasa di kalangan pemuka masyarakat dan pejabat yang berbahasa dengan buruk penuh pinjaman bahasa asing yang tidak relevan dan terang-terangan melanggar kaidah berbahasa Indonesia tanpa merasa bersalah.


sumber :
google search

Ditulis Oleh : Opi M. Adiwijaya

Pendapat / komentar :
Menurut saya , bahasa yang di pakai pada kalangan remaja saat ini jauh dari Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Mereka seakan-akan tidak peduli dengan tata cara Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Banyak cara untuk membuat remaja menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, yaitu :
1. Membiasakan diri untuk membaca buku-buku penulis Indonesia.
2. Memperkenalkan remaja dengan karya sastra sastrawan Indonesia.
3. Berlatih menulis dengan Bahasa Indonesia yang baik.

Maka dari itu , pakailah bahasa yang baik dan benar sebagai wujud kecintaan terhadap Bangsa Indonesia.

    Kamis, 07 Oktober 2010

    KEISTIMEWAAN TEH

    Mencegah dan Mengobati Penyakit Osteoporosis

    TEH adalah minuman yang sudah di kenal hampir di seluruh dunia. Selama ini orang hanya mengetahui manfaat teh hijau sebagai antioksidan. Namun, para peneliti di Hong Kong menemukan bahwa teh juga bermanfaat bagi tulang, yakni sebagai pencegah dan mengobati osteoporosis serta penyakit tulang lainnya.

    Penelitian yang dilakukan oleh Dr Ping Chung Leung dari Institute of Chinese Medicine di Chinese University of Hong Kong, yang dipublikasikan dalam Journal of Agricultural and Food Chemistry menemukan bahwa salah satu zat katekin yang terkandung dalam teh hijau yaitu EGC dapat menstimulasikan aksi dari enzim kunci yang membantu proses pertumbuhan tulang hingga mencapai 79%. Efek dari tingginya jumlah EGC akan meningkatkan kadar dari mineralisasi tulang dalam sel sehingga yang membuat tulang menjadi kuat.
           Selain itu, EGC bisa melemahkan aktivitas dari osteoclast yang bisa menghambat penyerapan tulang dan katekin tidak menyebabkan efek beracun dalam sel tulang. Hasil penelitian ilmuwan Taiwan menyebutkan, meminum segelas teh hijau atau lebih dalam sehari bisa melawan efek buruk rokok yang bisa menyebabkan kanker paru-paru. I-Hsin Lin, peneliti dari Chung Shan Medical University Taiwan menyatakan bahwa antioksidan yang ada didalam teh hijau bisa menghambat pertumbumbuhan tumor. Studi peneliti ini telah dipresentasikan di American Association for the Study of Lung Cancer, California pada awal 2010.
           Lin menemukan adanya efek proteksi terutama pada grup perokok yang mempunyai genotipe spesifik tidak terkait dengan resiko kanker.

    Kualitas film berpengaruh terhadap masyarakat

    Nilai baik atau buruknya film di Indonesia sangat berpengaruh terhadap masyarakat. Perfilman di Indonesia sudah mulai maju, namun ada beberapa orang yang masih ceroboh yang akan merasuki kehidupan dan tidak mendidik. Menurut saya tidak ada satu orang pun yang ingin bangsanya hancur. Semangat untuk menghidupkan perfilman Indonesia harus di hidupkan. Kebangkitan film Indonesia memang harus di dukung penuh oleh masyarakat. Banyak yang berharap perfilman Indonesia bisa segera bangkit kembali. Kita semua berharap bisa menjadi tonggak kebangkitan perfilman Indonesia.

    Sumber :
    Kompas.com